Amanah

A
Jakarta – Bagi orang-orang yang membangun istana dan menghabiskan usianya untuk membangun dunia. Janganlah membangun sesuatu tanpa dilandasi niat baik, karena fondasi bangunan di dunia adalah niat yang baik dan janganlah kau bangun sesuatu dengan hawa nafsu. Orang yang lalai membangun di dunia dengan hawa nafsu dan tabiat tanpa mengikuti hukum dan ketentuan Allah Swt. Nanti pada hari akhir, dia akan ditanya, “Untuk apa engkau membangun? Dan dari mana engkau peroleh biayanya? Dia akan dihisab atas semua itu. Maka dari itu carilah keridhaan dan persetujuan dari-Nya. Merasa puaslah atas bagian duniawimu dan jangan menuntut sesuatu yang bukan bagianmu. Ingatlah nasihat para ulama yaitu, janganlah mencari sesuatu yang tidak dijatahkan untukmu.

Jujur merupakan salah satu sifat manusia yang utama. Dalam kejujuran ada prilaku yang berupa kebajikan, ini akan menarik simpati masyarakat menuju sinar Islam yang terang dan bercahaya. Nasihat ulama mengatakan, “Serulah manusia melalui perbuatanmu, bukan melalui lisan semata.” Ajaran Islam tidak sekedar menyeru namun diimbangi / dilengkapi dengan perbuatan. Dalam firman-Nya surah an-Nisa ayat 58 yang artinya, “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya, dan ( menyuruh kamu ) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”

Sesungguhnya Allah Swt. menyuruh kalian menunaikan amanah kepada pemiliknya. Dan Dia menyuruh kalian, apabila kalian memutuskan perkara di antara manusia dalam semua urusan mereka, maka putuskanlah perkara mereka dengan adil, jangan memihak atau zalim dalam memutuskan. Sesungguhnya Allah Swt. mengingatkan dan memberi bimbingan yang sebaik-baiknya ke arahnya (menjaga amanah) dalam setiap kondisi kalian. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar ucapan-ucapan kalian dan Maha Melihat perbuatan-perbuatan kalian.

Dipertegas sebagaimana firman-Nya dalam surah al-Anfal ayat 27 yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul ( Muhammad ) dan ( juga ) janganlah kamu mengkhianati amanah-amanah yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.”
Ayat ini mengingatkan manusia bahwa disamping tidak jujur pada dirinya juga kepada orang lain, adakalanya tidak jujur kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya. Ketidakjujuran pada Allah Swt dan Rasul-Nya akan membuahkan sasaran azab paling keras. Wahai orang-orang yang beriman kepada Allah Swt. dan rasul-Nya serta melaksanakan syariat-Nya janganlah kalian mengkhianati Allah Swt. dan Rasul-Nya dengan meninggalkan kewajiban yang telah ditetapkan-Nya atas kalian dan melakukan perkara yang kalian dilarang Allah Swt. darinya. Dan janganlah menyepelekan amanah yang dipercayakan Allah Swt. kepada kalian sedang kalian tahu bahwa itu merupakan amanah yang harus dipenuhi.

Ingatlah bahwa kejujuran dan memelihara amanah merupakan perintah-Nya dan juga dipandang sebagai salah satu kebajikan orang beriman. Sebagaimana dalam firman-Nya surah al-Ma’arij ayat 32 yang artinya, “Dan orang-orang yang memelihara ananah-amanah ( yang dipikulnya ) dan janji-janjinya.”
Maksud ayat diatas, menjaga dan memeliharanya serta berusaha dengan sekuat tenaga untuk menunaikan dan memenuhinya. Ini mencakup seluruh amanah antara hamba dengan Rabbnya seperti tugas-tugas syariat rahasia yang hanya diketahui Allah Swt. semata.
Nasihat Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib, “Jauhilah orang yang tidak jujur, sebab sudah pasti, ketidakjujuran merupakan salah satu dosa yang terburuk dan orang yang jujur akan terus tinggal bertempat tinggal dalam api neraka.”

Karakter orang yang memegang amanah dengan teguh, tentu ia seorang yang jujur. Jika pada saatnya kita memilih seorang pemimpin, maka pilihlah orang yang berkarakter memegang amanah. Pribadi seperti ini akan membawa dengan pola kepemimpinan yang sejuk dan berkeadilan. Orang beriman yang amanah, tentu kebijakan dan perbuatannya jauh dari bisikan setan dan tidak dikendalikan oleh hawa nafsunya. Orang Islam yang hatinya bersih telah mengalahkan hawa nafsunya, api hasratnya menjadi padam dan setanpun terpenjara. Tidak ada sesuatu ( dunia / harta, kekuasaan ) ada di hatinya, karena sesuatu itu hanya sampai pada genggamannya saja. Seorang pemimpin yang pada level tidak merasa gembira saat berharta maupun berkedudukan dan juga bersikap sama saat kehilangan harta dan kedudukan, maka jadikanlah pegangan atau pilihlah dia sebagai pemimpinmu.

Ikhtiar dalam menemukan pemimpin yang amanah tentu tidaklah mudah, karena banyaknya calon yang menunjukkan pseudo karakter. Maka bertawakallah kepada Allah Swt, sebagaimana firman-Nya dalam surah ali-Imran ayat 26 yang artinya, “Katakanlah ( Muhammad ), “Wahai Tuhan pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapa pun yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kekuasaan dari siapa pun yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa pun yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa pun yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sungguh, Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.”

Ucapkanlah -wahai Rasul- untuk memuji dan mengagungkan Rabbmu, “Ya Allah, Engkaulah pemilik semua kerajaan yang ada di dunia dan di akhirat. Engkau memberikan kerajaan kepada siapa saja yang Engkau kehendaki, dan mencabutnya dari siapa saja yang Engkau kehendaki. Engkau memuliakan siapa saja yang Engkau kehendaki, dan menghinakan siapa saja yang Engkau kehendaki. Semua itu berdasarkan kebijaksanaan dan keadilan-Mu. Hanya di tangan-Mu lah seluruh kebajikan. Dan Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu. Maka yakinlah bahwa strategi apapun hebatnya yang dibuat seseorang dan pastilah akan tunduk pada ketentuan-Nya. Hanya kekuasaan-Nya yang akan menentukan dalam kehidupan ini termasuk pileg, pilpres maupun pilkada. Maka hindarilah dan jauhilah engkau seakan-akan bisa menentukan siapa-siapa yang akan menang dan kalah, ingatlah bahwa kita semua adalah ciptaan-Nya yang tiada kuasa untuk ikut mengatur.

Amanah yang disandang seseorang pemimpin bukanlah sekedar gagah-gagahan, namun di situ terkandung tanggung jawab yang besar. Sedikit keliru maka ia akan mengalami kehinaan. Tatkala seseorang tergelincir dengan alasan apa pun, sadarilah bahwa manusia itu lemah ( an-Nisa’ ayat 28 ). Oleh karenanya dengan bersikap hati-hati ( wara’ ) akan membawa keselamatan. Kedudukan sebagai Kepala Desa, Bupati, Gubernur bahkan Menteri pun bisa terhina. Sudah berapa banyak posisi Menteri menjadi pesakitan dan masih saja terulang lagi.

Semoga Allah Swt. selalu memberikan bimbingan dan cahaya penerang agar kita sebagai hamba tidak merasa hebat dan ikut mengatur serta menjalankan amanah dengan benar.

Aunur Rofiq

Ketua DPP PPP periode 2020-2025

Ketua Dewan Pembina HIPSI ( Himpunan Pengusaha Santri Indonesia)

Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggungjawab penulis. (Terimakasih – Redaksi)

Simak Video “Jaga Kearifan Lokal, Masjid Al-Hikmah Dibangun dengan Nuansa Khas Bali
[Gambas:Video 20detik]
(erd/erd)

source

About the author

Ade Munaa

Worked as an IT engineer in several companies and became a freelance software developer. More than 20 years of experience creating and managing sites in various software languages.

Add comment

By Ade Munaa

Komentar Terbaru

Tidak ada komentar untuk ditampilkan.