Hal tersebut dikatakan dalam buku Sejarah Kelam Majapahit: Jejak-jejak Konflik Kekuasaan dan Tumbal Asmara di Majapahit karya Peri Mardiyono.
Asal Muasal Sunan Gresik
Masykur Arif dalam buku Wali Sanga: Menguak Tabir Kisah Hingga Fakta Sejarah menjelaskan bahwa Sunan Gresik memiliki sejumlah gelar atau nama lain. Misalnya, Maulana atau Syekh Maghribi karena ia dianggap berasal dari daerah Maroko, Afrika.
Selain itu, dalam pengucapan orang Jawa, Maulana Maghribi disebut Maulana Gribig atau Sunan Gribig.
Masyarakat setempat juga menjulukinya sebagai kakek bantal. Hal itu disebabkan ia menjadi tempat berkeluh kesah masyarakat, tempat istirahat di kala pikiran sedang kacau, tempat menyandarkan diri saat sedang tidak ada pegangan hidup.
Selain itu, ada yang mengatakan bahwa nama Malik Ibrahim ialah Makdum Ibrahim Asmara. Kata “Asmara” merupakan pengucapan orang Jawa yang berasal dari kata Samarkand atau Asmarakandi.
Hingga saat ini belum dapat dipastikan dari mana Maulana Malik Ibrahim berasal. Namun, para sejarawan sepakat bahwa ia bukanlah asli orang Jawa melainkan merupakan pendatang di tanah Jawa.
Maulana Malik Ibrahim diperkirakan datang ke Gresik pada tahun 1404 M. Menurut catatan Stamford Raffles dalam The History of Java, Maulana Malik Ibrahim adalah seorang ahli agama yang berasal dari Arab. Sementara J.P. Moquette memberikan keterangan bahwa Sunan Gresik berasal dari daerah Iran.
Dakwah Sunan Gresik di Tanah Jawa
Zulham Farobi dalam buku Sejarah Wali Songo menceritakan mengenai kisah Maulana Malik Ibrahim yang menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa.
Pada saat itu, Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim datang untuk memberikan pandangan baru mengenai kasta masyarakat.
Sesuai ajaran Islam, bahwa kedudukan tiap manusia itu sama. Allah SWT tidak pernah membeda-bedakan manusia, sebab bagi-Nya derajat manusia di mata-Nya itu sama.
Maka ketika Syekh Maulana Malik Ibrahim memberikan pandangan tersebut, masyarakat dari kasta sudra dan waisya banyak yang tertarik. Mereka mulai saling bergaul satu sama lain dan tidak membeda-bedakan.
Beberapa tahun Syekh Maulana Malik Ibrahim berdakwah di Gresik, ia tidak hanya membimbing umat Islam untuk mengenal dan mendalami agama Islam, melainkan juga memberi pengarahan agar tingkat kehidupan rakyat gresik menjadi lebih baik.
Ia bahkan memiliki gagasan untuk mengalirkan air dari gunung untuk mengairi lahan pertanian penduduk. Dengan adanya sistem pengairan yang baik ini, lahan pertanian menjadi subur dan hasil panen pun berlimpah.
Hampir sepanjang kisah hidup Sunan Gresik dihabiskan untuk menyebarkan dan mengenalkan agama Islam. Ia akhirnya wafat pada tahun 1419 M. Belum ada informasi yang jelas mengenai di mana ia wafat. Satu-satunya informasi yang didapatkan hanya tahunnya saja, yaitu 1419 M.
Di samping itu, ada sumber lain yang menyebut Sunan Gresik adalah wali songo yang paling tua tetapi bukan orang Islam pertama yang masuk tanah Jawa. Ketika itu, sudah ada beberapa kelompok kecil umat Islam di pesisir utara Pulau Jawa.
Rata-rata dari mereka adalah kaum saudagar yang mengadakan perjalanan dagang diiringi maksud menyebarkan agama Islam. Hal itu dibuktikan dengan ditemukannya makam seorang wanita yang bernama Fatimah binti Maimun, yang meninggal pada tahun 475 H atau 1082 M di Leran, Gresik.
Selain itu, ditemukan beberapa batu nisan di Jawa Timur, yaitu di daerah Trowulan dan Troloyo, dekat situs Istana Majapahit, yang menunjukkan bahwa sebelum Maulana Malik Ibrahim menginjakkan kaki di Pulau Jawa, sudah ada umat Islam.
Batu-batu nisan tersebut menunjukkan bahwa itu adalah kuburan umat Islam karena terdapat kutipan-kutipan dari Al-Qur’an dan rumus-rumus yang saleh.
Simak Video “Heboh Jeruk Bali Bergambar Wali Songo di Jepara“
[Gambas:Video 20detik]
(kri/kri)